Kamis, 23 Oktober 2008

Surat Untuk Leha



To : Siti Zulaikha (Leha)


Leha, ga berasa ya sudah 2 tahun kamu menemani keluarga kami di rumah yang sederhana ini. Susah senang kita rasakan bersama. Kamu adalah saksi dimulainya perjalanan rumah tangga kami.

2 tahun yang lalu kamu datang pada saat aku tengah mengandung El Fatta 1 bulan. Alhamdulillah sejak ada kamu, semua kerjaan rumah beres, pulang kantor aku bisa langsung tidur dengan tenang dan kamu sudah bisa leluasa bersantai santai nonton TV atau tidur-tiduran. Aku tahu di awal-awal kamu kerja di tempatku kamu merasa kesepian karena kamu belum kenal dengan tetangga sebelah, kalaupun diajak ngerumpi dengan tetangga (Bu Sarmili, Mbak Erni, Mama Aji, Mimi Sum) kamu masih enggan karena masih canggung dengan tetangga-tetangga baru kita itu, akupun juga merasakan hal yang sama, dan kita lebih memilih untuk berdiam diri di kamar masing-masing sambil nonton TV atau baca-baca buku. Rutinitas sehari-hari yang tidak bervariasi (nyuci, beres-beres rumah, masak, setrika, tidur, nonton TV) ternyata membuatmu bosan dan merasa kurang tantangan.

Dan ternyata situasi itu berubah sejak kehadiran seorang bocah mungil di tengah-tengah keluarga kami pada Juni 2007 yang lalu. Yah, sejak kehadiran El Fatta tentu saja ritme kerjamu berubah 180 derajad, dan kamupun sempat terkaget – kaget dengan load kerja yang bertambah, demikian juga aku. Masih teringat bagaimana stressnya kita dengan tambahan cucian popok dan bedong yang menggunung, dan tambah stress lagi pas cucian belum kering karena hujan, sementara stock popok dan bedong sudah menipis, padahal El terus menerus pipis. Apalagi setelah El ditinggal Utinya pulang ke Jawa, mau engga mau kita berdua harus belajar dan bekerjasama untuk mengurus el mulai dari memandikan, mengganti popok, menyediakan susu, dan menenangkannya pada saat dia terbangun dan menangis. Dan pengabdianmu yang sesungguhnya dimulai setelah aku kembali bekerja. Kami mempercayakanmu 100% untuk menjaga dan mengurus El Fatta selama kami bekerja, tapi tidak jarang malam-malam terpaksa kami membangunkanmu untuk menenangkan El fatta yang tidak berhenti menangis. Perjuangan paling berat adalah pada saat menghadapi El fatta sakit. Mau ga mau kita mengorbankan waktu tidur kita dan bergantian untuk menggendong El Fatta. Dan kelihaianmu sudah teruji dengan semua tindakan penyelamatan yang telah kamu lakukan pada saat-saat menghadapi El Fatta yang sedang kritis. Masih banyak pengorbanan yang tidak dapat aku deskripsikan dalam tulisan ini, karena begitu banyak hal telah terjadi dalam 2 tahun ini, dan kamu sebaga pemain utamanya.

2 tahun telah berlalu, dan kini El fatta sudah 16 bulan
Mungkin kamu sudah mempertimbangkan banyak hal, hingga akhirnya kamu memutuskan untuk meninggalkan kami dan El Fatta. Mungkin kamu sudah jenuh ya dengan rutinitas kerja di tempat kami, atau kamu terlalu lelah dengan pekerjaan yang kami berikan apalagi setelah Mbak Nur tidak lagi menjadi partner kerjamu. Atau mungkin banyak kesalahan yang telah kami perbuat hingga kamu tidak tahan lagi tinggal bersama kami. Yang pasti kami telah berusaha sebaik mungkin untuk menjadi pemberi kerja yang baik. Kami berusaha sebisa mungkin menahan diri untuk tidak memarahimu jika ada hal-hal yang tidak berkenan, kami cukup menegurmu dengan cara yang sopan. Kami juga berusaha memberikan kebebasan yang bertanggung jawab, dan juga kami berusaha untuk memberikan imbal jasa (gaji) diatas rata-rata walaupun menurut kami imbal jasa yang kami berikan masih kurang, semua semata-mata untuk menghargai semua pengabdian dan pengorbananmu. Atau mungkin kamu ingin mendapatkan kesempatan yang lebih baik di luar sana. Apapun alasannya, itu semua adalah hak kamu dan tidak seorangpun berhak untuk menahan hak seseorang.

Rasanya keputusan ini begitu cepat..
Masih banyak hal yang belum kami berikan untuk membalas jasa-jasa kamu. Maafkan kami belum dapat memenuhi janji – janji yang pernah kami sampaikan untuk dapat membantumu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau sekedar mengikuti kursus menjahit seperti yang kamu inginkan. Kami juga belum sempat mengajakmu jalan-jalan ke Bali atau ke Bandung seperti yang aku angankan, karena El Fatta masih terlalu kecil untuk diajak bepergian jauh. Demikian juga dengan angan-angan untuk membuat usaha bersama dan juga membiayaimu jika kamu menikah kelak. Mungkin waktu memang belum mengizinkan untuk dapat merealisasikan itu semua.

2 tahun telah berlalu..., dan banyak kesalahan yang telah kami perbuat.
Maafkan kami atas semua kata-kata dan perbuatan yang tidak berkenan. Mungkin kami belum berhasil menjadi panutan yang baik.


2 tahun telah berlalu....., dan banyak manfaat yang telah kamu berikan.
Terima kasih atas semua pengabdian dan pengorbananmu, ketulusan dan keikhlasanmu. Tidak cukup kami membalasnya dengan lembaran uang. Semoga Alloh membalasmu dengan lebih banyak kebaikan.

Masa depanmu masih panjang
Semoga dapat kamu manfaatkan dengan hal-hal yang berguna
Selamat menjalani kehidupan baru di tempat yang baru.....
Semoga persaudaraan tetap terjaga selamanya.
Dan kami akan selalu mengenangmu

Berikut kata-kata terakhir yang biasa aku sampaikan ke temen-temenku yang keluar dari kantor

Friend, days go on like a flow…
It’s time for another flow,
Maybe I can’t see you when I want to

God has determined our own destiny
It’s time for you to meet yours
Wish you luck in your new career and society
May our friendship will flow forever…

Thanks for your kindness……and sorry for my mistake.


Salam dari kami sekeluarga,



Ray, Etty, El Fatta & Dodo
This letter was sent in her last working day

Kamis, 16 Oktober 2008

Ayo....Semangat Lagi!!!


Berada di area “comfort zone” memang berbahaya. Dalam 2 tahun terakhir ini sepertinya aku terjebak di area tersebut. Area comfort zone yang aku maksud adalah rutinitas pekerjaan sehari-hari di kantor. Kenapa Comfort Zone? Karena saat ini aku merasa nyaman untuk terus melakukan rutinitas ini sepanjang waktu, day by day, dan enggan untuk move ke rutinitas lainnya. Kenapa merasa nyaman? Karena menurutku kerjaanku sekarang ga ngoyo2 amat. Masih bisa pulang tenggo, ga sampai bawa kerjaan ke rumah and ga juga kepikiran tentang pekerjan kantor sewaktu di rumah. Pokoknya ideal deh untuk seorang ibu bersuami dan beranak satu seperti diriku.

Trus, kenapa berbahaya?
Off course, karena dengan kondisi tersebut aku ngerasa pengen begini-begini aja terus, Aku malas berubah!!!!. Thats the critical problem. Impactnya adalah tidak adanya keinginan untuk berubah dan tidak ada keinginan untuk maju. So, impactnya lagi, aku jadi males ikutan training, males update my knowledge and males improve my skill.Pokoknya effect berantai judulnya.

Kenapa bisa begini?
Setelah melakukan evaluasi diri, ternyata problemnya adalah karena tidak adanya tujuan yang jelas ke mana aku ingin membawa arah hidupku. Ternyata hidup tanpa tujuan membuat kita terombang ambing. Klo jaman SD dulu aku semangat belajar karena aku ingin masuk ke SMP favorit, so NEM ku harus tinggi, demikian juga pas SMP, SMA dan kuliah, jadi mapping arahnya udah jelas. Dan kesimpulannya, dengan tujuan yang jelas, Alhamdulillah aku bisa mencapai tujuan-tujuan tersebut, aku bisa sekolah di SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi favorit. Mengapa? Karena setiap kita memiliki suatu tujuan pasti akan diikuti oleh serangkain usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Peribahasa “Siapa yang Menanam pasti Akan Menuai” memang benar adanya. Apa yang sudah aku dapatkan saat ini adalah hasil serentetan kerja kerasku dari kecil dulu. Demikian juga dengan apa yang aku kerjakan saat ini, baik buruknya pasti ada hasil maupun impactnya di masa yang akan datang.

Kenapa sekarang tidak punya tujuan?
Tujuan pasti ada, cuma arahnya yang masih belum jelas. Saat ini posisinya sedang berada di persimpangan. Mungkin perubahan status dari “yang hanya memikirkan diri sendiri” menjadi “harus memikirkan suami dan anak juga” menjadi pertimbangan yang mempengaruhi kebimbangan dalam menentukan arah hidup.

What’s Next?
Semangat......Semangat....Semangat!!!!
Gw harus setting target lagi. Klo sekarang sudah terlanjur “basah” di Industri Perbankan, So gw harus fokus dengan bidang tersebut, tidak sekedar mengetahui kulit-kulitnya saja tapi harus menguasai semua hal tentang Banking. Kepikiran pengen bikin blog tersendiri tentang Banking Tutorial biar ada tuntutan untuk refresh my knowledge about banking dengan nulis everything tentang ilmunya perbankan. Trus, gw harus memfokuskan spesialisasi gw ke mana. Honestly udah rada-rada boring neh di audit. Maybe ke depan pengen nyebrang ke compliance or risk management. So gw harus memperdalam rencana spesialisasi gw itu. Klo mau ke compliance ya harus menguasai abis PBI and SE BI. Klo mau ke Risk Management siap-siap aja memperdalam Basel II. Besides perbankan, sebenarnya masih belum rela meninggalkan debet creditnya accounting. Trus gimana ya menyalurkannya secara sehari-hari gw di audit sama sekali tidak berhubungan dengan jurnal-jurnal accounting. Kepikiran sih jadi volunteer or side job kecil-kecilan, bantuin usaha kecil (SME) yang belum memiliki sistem pembukuan. Semoga ada yang mau daftar jadi klien gw, hehehehe. So, sekarang sedang penasaran mempelajari software akuntansi untuk SME. Trus? sepertinya harus sekolah lagi, but the constraint is time, and of course the money,hehehehe. So, untuk yang satu ini harus tetep jadi nominasi, tapi prioritas berikutnya, menunggu segala sesuatunya sudah longgar.

So.....?
Masih banyak hal yang bisa dilakukan selagi relatif masih muda J
Dunia kerja adalah awal dari sebuah proses belajar yang sesungguhnya
Perbedaannya, proses belajar ini tidak terlembagakan secara formal
Jadi butuh kesadaran pribadi untuk terus melakukan proses pembelajaran secara kontinyu
Masih banyak hal yang harus digali dan dipelajari dalam realitas kehidupan ini

So, i want to remind myself....
Jangan pernah berhenti belajar dan berusaha
Walau hanya sedetikpun
Karena “apa yang kita lakukan saat ini akan menentukan kualitas hidup kita di masa yang akan datang”

Ayo.......Semangat Lagi!!!